Sitijenarnews.com Palembang Sabtu 10 September 2022; Setelah hampir tiga pekan, untuk pertama kali pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur, datang ke rumah duka santrinya yang meninggal dunia akibat dianiaya. Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Akrim Mariyat, beserta rombongan datang pula ke TPU Sei Selayur Kecamatan Kalidoni Palembang, tempat makam AM, 16, santri yang meninggal dunia.
Di TPU tersebut, mereka bertemu dengan keluarga AM yang masih berduka kehilangan anaknya. Usai berziarah di makam AM, Akrim mengatakan pihaknya mendatangi makam AM yang merupakan santri yang meninggal di Ponpes Gontor. “Kami datang ke sini untuk bertakziyah dan mengutarakan kedukaan kita dan mendoakan mudah-mudahan yang meninggal ini mati syahid dan dosanya diampuni,” ucap Akrim, Jumat (9/9).
Pihaknya tetap membina silaturahmi dengan pihak keluarga almarhum. Karena itu, dengan takziyah tersebut, pihaknya akan tetap terus menjaga hubungan baik dengan keluarga almarhum yang sedang berduka.
Terkait dengan permasalahan kasus hukum AM yang sedang ditangani Polres Ponorogo, Akrim memilih tak menjawab. “Permasalahan ini bukan urusan saya tetapi ada pembicaraan khusus. Kami ada tim juru bicara sendiri,” kata dia.
Sebelumnya, tim dari Polres Ponorogo telah melakukan autopsi terhadap jasad AM di Palembang. Kasat Reskrim Polres Ponorogo Ajun Komisaris Nikolas Bagas Yudhi Kurnia menuturkan hasil autopsi di tubuh korban sudah didapat usai pemeriksaan. “Dugaan kami tetap ada tindak kekerasan. Lukanya nanti dijelaskan tim forensik,” kata dia.
Diakuinya, hasil autopsi mungkin diupayakan untuk segera dilaporkan. “Autopsi pada hari ini berjalan dan sudah selesai. Hasilnya menunggu dari dokter forensik, karena yang dapat menjelaskan sesuai keahliannya ialah dokter forensik,” jelas dia.
Ia menerangkan hasil autopsi bakal menjadi barang bukti tambahan untuk proses penyelidikan lebih lanjut. Dari hasil pemeriksaan di Gontor, polisi juga menemukan beberapa bukti penting seperti alat yang digunakan menyiksa korban. “Sudah diamankan beberapa barang bukti seperti pentungan yang digunakan untuk menyiksa korban. Lalu salah satu becak untuk membawa korban,” tutup dia.
Sementara Polisi akan terus mengusut perihal adanya dugaan informasi palsu dalam surat keterangan kematian seorang santri Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Albar Mahdi (AM/17), akibat penganiayaan.
Namun, pihak keluarga sempat kecewa dengan pihak Ponpes Gontor, yang terkesasn menutup-nutupi penyebab kematian AM saat mengantarkan jenazah.
Pihak keluarga AM mengaku kecewa dengan pihak Ponpes Gontor, karena telah menutup-tutupi penyebab kematian anak mereka saat mengantar jenazah.
Pasalnya, saat mengantarkan jenazah ke Palembang, AM disebut meninggal karena sakit. Hal itu tercantum di dalam surat keterangan kematian bernomor 007/RSYD-SKM/VIII/2022 yang dikeluarkan RS Yasyfin Darussalam Gontor dan ditandatangani dokter Muckhlas Hamidy pada tanggal 22 Agustus.
“Untuk pengembangan (surat keterangan kematian) akan ditindaklanjuti nanti setelah proses ini,” kata Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo, Jumat (9/9/2022).
Sementara itu, saat ini polisi beserta Kementrian Agama (Kemenag) menurunkan tim investigasi atas kasus penganiayaan AM. Tim dipimpin Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Kabupaten Ponorogo. Dari hasil investigasi, diketahui korban meninggal, di lokasi, bukan meninggal di Rumah Sakit Yasfin.
“Jadi korban sudah meninggal di lokasi kejadian sebelum dibawa ke rumah sakit, ujar Ketua Tim Investigasi Kemenag, Ayyub Ahdian, Jumat.
Sedangkan, untuk penyebab kematian belum diketahui secara pasti, dan hal tersebut menjadi ranah kepolisian untuk menjelaskan.
(Red/Tim-Biro Pusat Sitijenarnews)