Sitijenar.News Minggu 6 Februari 2022; Nahdlatul Ulama (NU) sudah berdiri sejak 1926 dan hingga kini, organisasi ini sudah menjadi salah satu organisasi terbesar di Indonesia.

Salah satu tokoh ulama besar yang tidak bisa dilepaskan dari Nahdlatul Ulama yakni, KH Muhammad Hasyim Asy’ari, dirinya dikenal sebagai ulama yang ikut serta mempertahankan NKRI saat itu.
Disamping dikenal sebagai Rais Akbar (Pimpinan tertinggi pertama) Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari juga menjadi salah satu tokoh nasional.
Dilansir dari berbagai sumber, KH Hasyim Asy’ari juga dikenal sebagai maha guru karena mampu menghafal Kutubus Sittah (Hadits 6 riwayat).
Jika dilihat berdasarkan nasabnya, KH Hasyim Asy’ari juga merupakan keturunan dari salah satu wali 9 di tanah Jawa, yakni Sunan Giri.
Bila ditarik dari keturunan sang ayah, KH Hasyim Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim (Pangeran Benawa), bin Abdul Rahman (Jaka Tingkir) atau Sultan Hadiwijaya, bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Maulana Ishaq bin Ainul Yakin atau Sunan Giri.
Sedangkan dari jalur ibu, KH Hasyim Asy’ari binti Halim binti Layyinah binti Sihah bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pengeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir (Mas Karebet) bin Lembu Petang (Prabu Brawijaya VI).
Kakek dari KH Abdurrahman Wahid ini, lahir pada Selasa 14 Februari 1871 di Jombang. Sebelum menjadi ulama besar di Indonesia, KH Hasyim Asy’ari juga mendapatkan pendidikan pesantren sejak dini.
Lalu pada umur 21 tahun KH Hasyim Asy’ari menikah dengan Nyai Nafisah anak dari KH Ya’qub Sidoarjo dan melahirkan seorang anak bernama Abdullah, namun saat melahirkan Nyai Nafisah meninggal dunia.
Tepat 40 hari meninggalnya sang istri, anak tercinta dari KH Hasyim Asy’ari meninggal dunia juga.
Kemudian KH Hasyim Asy’ari menikah dengan Khadijah putri dari Kyai Romli Kediri, namun 2 tahun berselang Khadijah juga meninggal dunia. Dan akhirnya menikah lagi dengan Nafiqah anak Kyai Ilyas Madiun dan dikaruniai 10 orang anak.
Selain itu, KH Hasyim Asy’ari juga dikenal dengan pendidikan agamanya yang kuat karena dirinya, banyak sekali menuntut ilmu di Makkah dan Madinah untuk mendalami ilmu.
Lalu, setelah menuntut ilmu di Mekkah dan Madinah KH Hasyim Asy’ari juga mendalami ilmu di pesantren di tanah air diantaranya yakni Pesantren Kademangan (Bangkalan-Madura) yang langsung dimentori oleh KH Kholil.
Puas menuntut ilmu di berbagai pesantren di Jawa, KH Hasyim Asy’ari kembali ke Mekkah untuk menuntut ilmu kembali dan juga sempat mendapat bimbingan langsung dari Syaikh Khatib Al- Minankabawi.
Dilihat dari kesehariannya, ternyata KH Hasyim Asy’ari sangat tertarik dengan ilmu tarekat dan juga mendapatkan ijazah tarekat Qadriyah Wa Naqsabandiyah dari Syaikh Mahfuz.
Lalu kembali ke Indonesia untuk ikut mempertahankan bangsa Indonesia, kemudian juga mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU)
(Red/Tim)