Mengenal Apa Itu Resesi atau Depresi Ekonomi? dari Pengertian sampai Cara Menanggulanginya mari kita Simak Selengkapnya di bawah ini

Sitijenarnews.com Jakarta Selasa 24 Mei 2022;Akibat pandemi Covid-19 sejumlah mengalami resesi ekonomi, bahkan beberapa terancam mengalami depresi. Ada tiga pengertian yang memiliki makna mirip yaitu krisis, resesi dan depresi ekonomi.Lalu apa sebenarnya perbedaan masing-masing? Simak Semua penjelasannya ada kok di sini.

 

 

APA ITU KRISIS EKONOMI?
Krisis ekonomi mengacu pada penurunan kondisi ekonomi secara drastis yang terjadi di sebuah negara. Penyebab krisis ekonomi biasanya adalah fundamental ekonomi yang rapuh, misalnya inflasi yang sangat tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang terhambat. Krisis ekonomi merupakan suatu shock pada sistem perekonomian suatu negara, biasanya di hampir semua sektor ekonomi, hingga berlanjut pada resesi.

Gejala adanya krisis ekonomi biasanya antara lain:

  • Penurunan kemampuan belanja pemerintah
  • Jumlah pengangguran meningkat
  • Penurunan konsumsi atau daya beli masyarakat
  • Kenaikan harga bahan pokok yang tidak terbendung
  • Penurunan pertumbuhan ekonomi yang cukup tajam
  • Penurunan nilai tukar yang tajam dan tidak terkontrol.

APA ITU RESESI EKONOMI?
Resesi atau kemerosotan ekonomi adalah kondisi ketika Produk Domestik Bruto (PDB atau GDP) bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih berturut-turut. Resesi biasanya mengakibatkan penurunan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Indonesia sendiri pernah mengalami dua kali resesi ekonomi pada tahun 1960 dan 1998.

 

APA ITU DEPRESI EKONOMI?
Depresi dalam hal ini merujuk pada resesi ekonomi yang berlangsung dalam waktu lama dan tidak bisa diatasi. Depresi parah bisa menyebabkan kebangkrutan ekonomi (economy collapse). Biasanya depresi ini berlangsung antara 18-43 bulan. Dengan kata lain, depresi ekonomi merupakan kondisi yang jauh lebih parah dari resesi.

Dunia pernah mengalami depresi ekonomi pada tahun 1930-an (The Great Depression).

Great Depression di Amerika Serikat dimulai dari Black Thursday di Wall Street pada tahun 1929. Kepanikan investor membuat Pasar Saham Anjlok hingga 11% di pembukaannya. Kejadian tersebut berlanjut hingga membuat krisis ekonomi (banyak PHK & pengangguran) hingga resesi dan akhirnya menjadi depresi.

Definisi depresi biasanya:

  • Penurunan PDB riil melebihi 10%, atau
  • Resesi berlangsung selama 2 tahun atau lebih
Baca juga:  Cuaca Buruk Ombak Tinggi hingga 4 - 5 Meter, Ratusan Nelayan Muncar Banyuwangi Tidak Berani Melaut

Sidney J. Harris pernah mengatakan demikian: “Sebuah resesi adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan; depresi adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan.”

 

Nah Apa itu Penjelasan Lengkap tentang Resesi Yang Telah kami Rangkum dari Berbagai Sumber lain. ? Nah Sebelum menemukan jawabannya, Anda pun memang sudah paham bahwa pandemi Covid-19 memang membuat berbagai dampak yang meluas di berbagai negara. Bukan hanya soal jumlah kematian yang tinggi, pandemi yang sudah berlangsung dua tahun itu pun berdampak bagi perekonomian negara.

 

Bahkan, hampir seluruh negara di dunia sudah melaporkan adanya penurunan ekonomi yang diakibatkan oleh virus Corona berawal dari Kota Wuhan, Hubei, China, itu.

 

Apa Itu Resesi atau Depresi Ekonomi?

 

Resesi (depresi ekonomi) bisa berarti kelesuan dalam aktivitas dagang, industri, dan lainnya, yang seakan-akan tidak ada berhentinya. Dalam kondisi ini, kegiatan perdagangan atau industri biasanya akan menurun alih-alih mundur.

 

Ditilik dari pandangan ekonomi makro, resesi bisa berarti kemerosotan kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau di kala kondisi pertumbuhan ekonomi riil punya nilai negatif dan terjadi selama 2 kuartal ataupun lebih dalam 1 tahun.

 

Kemerosotan ekonomi itu bisa membuat penurunan yang terjadi secara simultan di seluruh aktivitas ekonomi, yang meliputi lapangan pekerjaan, investasi, dan keuntungan perusahaan. Di lain sisi, resesi pun sering dikaitkan dengan deflasi (penurunan harga) ataupun kebalikannya, yaitu inflasi—peningkatan harga yang melonjak tajam—pada proses yang dikenal sebagai stagflasi.

 

Yang menakutkan dari ini adalah kondisi kemerosotan yang terjadis ecara terus-menerus itu bakal membuat depresi ekonomi, bahkan kebangkrutan ekonomi.

 

Penyebab Resesi Ekonomi—Apa Itu Resesi

 

Terjadi Guncangan Ekonomi

Adanya peristiwa yang tidak terduga membuat gangguan perekonomian yang meluas. Misalnya pandemi yang melanda hampir di seluruh negara di dunia dalam dua tahun belakangan. Pandemi ini bukan hanya menyebabkan kematian yang cukup tinggi, melainkan juga berimbas terhadap turunnya ekonomi suatu negara.

 

Kehilangan Kepercayaan Konsumen

Penyebab lainnya adalah saat konsumen merasa khawatir dengan kondisi ekonomi, biasanya mereka bakal memperlambat atau mengurangi pengeluaran dan menyimpan uang yang dimiliki. Hal itu yang kemudian membuat daya beli konsumen jadi turun dan perekonomian menjadi terganggu.

Baca juga:  Komandan Puslatpurmar-5 Baluran Situbondo Letkol Marinir Agus Wahyudi melepas keberangkatan. Pelari Solo Triathlon Jakarta-Bali

 

Yang penting diketahui di sini adalah bahwa hampir sekitar 70% PDB sangat bergantung pada tingkat belanja konsumen. Oleh sebab itu, kalau daya beli menurun maka seluruh perekonomian bakal melambat secara drastis.

 

Suku Bunga yang Tinggi

Tentunya, suku bunga yang tinggi bakal menyebabkan berbagai harga barang lainnya menjadi naik, misalnya rumah, mobil, dan lain-lain. Di lain sisi, perusahaan pun akan mengurangi pengeluaran dan rencana pertumbuhan dikarenakan biaya yang terlalu tinggi. Hal itulah yang akan membuat perekonomian menyusut.

 

Deflasi

Untuk diketahui, deflasi adalah sebuah kondisi yang berkebalikan dari inflasi. Ketika deflasi terjadi, harga berbagai produk dan aset menurun akibat permintaan besar pun ikut turun. Kala permintaan menurun, harga pun ikut menurun sebagai solusi agar daya beli konsumen dapat meningkat.

 

Dengan demikian, orang-orang bakal menunda untuk membeli dan menunggu harga menjadi lebih rendah. Hal itu menyebabkan adanya spiral terus menurun maupun aktivitas perekonomian menjadi lambat, yang lantas menjadikan angka pengangguran kian besar.

(Gelembung Aset)

Pada gelembung aset, harga-harga barang seperti saham, teknologi, real estate, dan lainnya, mengalami kenaikan yang cepat karena pembeli percaya kalau harga terus meningkat ketika sebelum terjadi resesi.

Akan tetapi, sewaktu gelembung pecah, orang-orang bakal kehilangan apa yang mereka punya di atas kertas. Hal itu sontak memicu kekhawatiran dan akibatnya adalah orang, khususnya yang punya usaha atau bisnis dan perusahaan, bakal menarik kembali pengeluaran sehingga terjadilah resesi.

(Perubahan Teknologi)

Teknologi yang terus berubah pun ikut menjadi faktor yang membuat adanya kelesuan ekonomi. Penemuan baru memang meningkatkan produktivitas serta turut membantu perekonomian negara dalam jangka panjang, tetapi di balik itu selalu diperlukan periode penyesuaian jangka pendek untuk teknologi dimaksud.

Misalnya yang terjadi pada abad ke-19, ketika terjadi gelombang teknologi hemat tenaga kerja. Revolusi industri ini dalam sejarahnya membuat hampir seluruh profesi menjadi usang dan memicu kondisi depresi ekonomi hingga mengalami masa-masa sulit.

Baca juga:  Sampai Sore ini Polisi masih belum bisa menangkap Tersangka utama hanya Mengamankan 60 Simpatisan dan Sopir Pribadinya

Kini, banyak pakar ekonomi yang mengkhawatirkan soal teknologi AI dan robot yang dinilai dapat memicu kondisi depresi lantaran banyak pekerja yang kehilangan usaha dan mata pencariannya.

Nah dibawah ini adalah Gejala/Indikator Resesi:

  • Pertumbuhan Perekonomian yang Melambat atau Menurun Hingga 2 Kuartal Berturut-turut
  • Inflasi atau Deflasi yang Tinggi
  • Impor yang Lebih Besar ketimbang Ekspor
  • Angka Pengangguran yang Tinggi
  • Ketidakseimbangan Produksi dan Konsumsi

Dampak Resesi Adalah

  • Meningkatnya Angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
  • Instrumen Investasi Terancam
  • Daya Beli Masyarakat yang Menurun

Cara Mengatasi dan/atau Menanggulangi Resesi Ekonomi

Apakah resesi ekonomi, misalnya di Indonesia, bisa diatasi, tentu saja bisa. Pasalnya, pemerintah tentunya sudah menyiapkan berbagai solusi yang dapat dipakai untuk mengatasi penanggulangan resiko ekonomi.

Di antara hal yang menjadi penyebab resesi ekonomi Indonesia 2020, yakni terjadinya penurunan ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19 sehingga untuk mengantisipasinya, pemerintah meningkatkan konsumsi masyarakat. Kalau tingkat konsumsi anjlok maka tingkat konsumsi negara harus didorong agar lebih tinggi dan menghindari terjadinya resesi.

Di samping itu, bukan hanya meningkatkan konsumsi, pemerintah pun mesti mengupayakan untuk meningkatkan angka investasi yang menurun sebagai cara mengatasi resesi ekonomi. Di beberapa negara yang mengalami resesi, tingkat investasi memang bakal berdampak dan menurun. Baik investasi dan konsumsi, menjadi objek pemulihan utama yang perlu diperhatikan dalam mengantisipasi kemerosotan ekonomi.

Dalam hal ini, berbagai instrumen seperti bantuan sosial hingga strategi untuk memulihkan kepercayaan diri para investor mesti terus ditingkatkan. Kalau sebuah negara ingin keluar dari resesi maka konsumsi dan investasi menjadi kuncinya. Apabila konsumsi dan investasi masih berada dalam negative growth maka akan sulit untuk keluar dari zona kemerosotan perekonomian.

 

Nah, kini Anda sudah mengetahui apa itu resesi. Semoga Tulisan dan Paparan Diatas itu Bisa Menambah wawasan dan Cakrawala berfikir anda dimanapun anda berada. Sekian Wassalam Semoga Bermanfaat.

 

Penulis By; Eko Febrianto Ketua Umum LSM Siti Jenar yang juga Pimpinan perusahaan Media Online dan Cetak Sitijenarnews.com dan Headline.News.Info.

(Red/Tim-Biro Pusat Sitijenarnews)

error: