Sitijenarnews.com Situbondo Jatim Selasa 19 Juli 2022; Masih ingatkan anda dengan sosok mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Polisi Susno Duaji?
Komjen Pol Drs. Susno Duadji, S.H., M.Sc. adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri yang menjabat sejak 24 Oktober 2008 hingga 24 November 2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dan Kapolda Jawa Barat.
Susno Duadji pensiun dengan pangkat terakhir jenderal bintang tiga; Komisaris Jenderal. Mantan Kabareskrim Polri ini dulunya dikenal sebagai figur tegas dan kontroversial.
Nama mantan perwira tinggi Kepolisian itu dikenal akibat ucapan cicak versus buaya saat berseteru dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Jenderal bintang tiga itu juga pernah merasakan kehidupan di balik jeruji penjara karena Melawan Semua Oknum Jenderal Korup Di Kepolisian kala itu. Akibat Sifat Idealisme nya yang tinggi Susno pun Sempat dijebak yang mana kala itu dituduh menggelapkan dana pengamanan Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2008 dan kasus korupsi PT Salmah Arowana Lestari. Ia sempat dijemput paksa oleh Kejaksaan Agung dan dimasukkan ke Lembaga Permasyarakatan Cibinong pada Mei 2013 lalu.
Berikut Dibawah ini Adalah deretan Kontroversi Susno Duadji semasa di Polri Saat masih menjabat, Yang Mana kala itu langkah Susno kerap menimbulkan kontroversi. Berikut kontroversi Susno Duaji semasa di Polri seperti dirangkum Tim Investigasi Awak Media Sitijenarnews.com
Istilah Cicak vs Buaya mencuat pertama kali lewat ucapan Kabareskrim saat itu Komjen Pol Susno Duadji yang merasa teleponnya disadap KPK pada 2009. Saat itu, Susno diduga menerima uang Rp 10 M terkait penanganan kasus Bank Century. Namun hal itu sudah dibantah berkali-kali oleh Susno.
“Cicak kok mau melawan buaya,” kata Susno saat itu.
Kasus Cicak vs Buaya semakin heboh ketika Polri ‘membalas’ dengan menetapkan status tersangka kepada dua pimpinan KPK saat itu, Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto. Mereka diduga menerima uang dari Anggodo Widjojo, adik buron kasus Sistem Korupsi Radio Terpadu (SKRT). Namun, dugaan ini tidak pernah dibuktikan, karena kasus ini berujung pada deponering atau penghentian perkara demi kepentingan umum.
Akibat pernyataan tersebut, masyarakat mendukung KPK dan mengolok-olok polri. November 2009, Susno Duadji menyatakan mundur dari jabatan sebagai Kabareskrim Mabes Polri. Posisinya kemudian digantikan Irjen Ito Sumardi.
Usai dipecat sebagai Kabareskrim dan tidak lagi ‘berseragam’, Susno Duadji melontarkan tudingan ke tubuh polri. Pada Maret 2010, dia menyebut adanya makelar kasus yang melibatkan beberapa petinggi Polri (Para Jenderal Polri) dan melibatkan pegawai Ditjen Pajak Gayus Tambunan. Para petinggi Polripun dibuat kesal dengan ulah Susno.
Akibatnya, Gayus diperiksa dan akhirnya terbukti ada penggelapan pajak yang merugikan negara miliaran rupiah.
Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Edward Aritonang mengumumkan kepada media mengenai penetapan tersangka terhadap Susno Duadji. Dan dicekal agar tidak berpergian ke luar negeri.
Susno menyebut Sjahril Djohan sebagai makelar kasus. Dia juga menuduhnya telah merekayasa kasus PT Salmah Arwana Lestari (SAL) dari perdata menjadi pidana hingga menjerat dirinya.
Bahkan Dalam persidangan pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasruddin Zulkarnaen dengan terdakwa ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menghadirkan Komjen Pol Susno Duadji sebagai saksi. Kesaksian jenderal bintang tiga itu dianggap meringankan Antasari.
Dalam kesaksiannya, Susno mengaku tidak mengetahui penanganan kasus Wiliardi Wizard, tersangka pembunuhan Nasrudin. Susno menambahkan, dirinya juga tidak mengetahui jika pemeriksaan Wiliardi oleh Polri berada di bawah Wakabareskrim Inspektur Jenderal Hadiatmoko.
Dalam persidangan, Susno menjelaskan, “Dia (Wakabareskrim Inspektur Jenderal Hadiatmoko) melaporkan langsung hasil-hasilnya kepada Kapolri.”
Bahkan kala itu Setelah dia ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penerimaan suap sebesar Rp 500 juta dari PT Salmah Arwana Lestari (SAL), kuasa hukum Susno Duadji, Husni Maderi menuding jika kliennya menjadi target dari para petinggi Polri. Husni yang juga kakak ipar Susno mengatakan, Susno diperlakukan tidak adil oleh polri.
“Tidak benar kalau Pak Susno menerima suap. Beliau justru yang mengungkap kasus ini,” bela Husni, 2010 silam.
Husni bahkan balik menuding adanya perilaku petinggi Polri yang melanggar kode etik, namun tidak dijerat kode etik profesi dan aturan lainnya. Salah satunya, adanya petinggi Polri yang melakukan poligami.
Padahal, itu jelas-jelas melanggar kode etik dan UU Nomor 1 tahun 74,” jelasnya.
Menanggapi tudingan pihak kuasa hukum Susno, Kapolri saat itu, Jenderal Bambang Hendarso Danuri mempersilakan pihak Susno untuk membuktikannya.
“Silakan saja. Untuk apapun silakan saja. Tidak ada masalah,” kata Bambang Hendarso kala itu.
Bahkan banyak orang yang menyebut Komjen Pol (Purn) Susno Duadji, sebagai jenderal yang cukup unik lantaran pilih profesi yang berbeda dengan rekan sejawatnya.
Pasca dipecat sebagai anggota Polri, memilih pulang ke kampung halamannya dan menjadi seorang petani. kini Nama Susno Duadji atau Komjen Pol (Purn) Susno Duadji, kembali mencuat.Belakangan Susno Duadji menjadi bahasan karena kegiatannya semasa pensiun menyita perhatian.mantan Kabareskrim Polri ini telah menjadi sukses dalam kegiatannya sebagai petani.
Ia menggeluti kegiatan bercocok tanam di kota kelahirannya, Pagaralam Sumatera Selatan.
Kegiatan sang jenderal menjadi petani dibeberkan oleh Suterimawati yang merupakan adik Susno Duadji.
Suterimawati mengatakan bahwa kakaknya tersebut memang saat ini sedang senang bertani saat pulang ke Pagaralam.
“Ya beliau saat ini sedang senang bertani. Bahkan setiap bulan kakak saya itu sering pulang ke Pagaralam kadang dua kali kadang tiga kali dalam sebulan dia pasti pulang ke Pagaralam,” ujarnya
Lalu siapa profil Susno Duadji yang merupakan pensiunan perwira tinggi Polri ini?
Ayah Susno Duadji bernama Duadji, bekerja sebagai seorang sopir, sedangkan ibunya, Siti Amah adalah seorang pedagang.
Susno Duadji merupakan anak kedua dari delapan bersaudara.
Susno Duadji menikah dengan seorang perempuan bernama Herawati.
Dari pernikahan tersebut, keduanya dianugerahi dua orang anak perempuan yang dinamai Indira Tantri Maharani dan Diliana Ermaningtias.
Riwayat Pendidikan
Susno Duadji menghabiskan masa sekolahnya dari SD sampai SMA di kampung halamannya.
Lulus dari SMA, Susno Duadji memilih melanjutkan ke Akademi Kepolisian (Akpol) karena gratis.
Setelah lulus dari Akpol pada 1977, Susno Duadji sempat melanjutkan ke S1 Hukum dan S2 Manajemen si Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Susno Duadji juga sempat mengenyam pendidikan di Sespati Polri yang kini bernama Sespimti Polri.
Beberapa kursus yang pernah diikuti Susno Duadji di antaranya Senior Investigator of Crime Course (1988), Hostage Negotiation Course (Antiteror) di Universitas Louisiana AS (2000), Studi Perbandingan Sistem Kriminal di Kuala Lumpur Malaysia (2001), Studi Perbandingan Sistem Polisi di Seoul, Korea Selatan (2003), serta Training Anti Money Laundering Counterpart di Washington DC, AS.
Riwayat Karier
Pascalulus dari Akpol, Susno Duadji mengawali kariernya sebagai perwira polisi lalu lintas.
Susno Duadji juga berkesempatan untuk mengunjungi lebih dari 90 negara untuk belajar menguak kasus korupsi.
Susno Duadji pernah menjabat sebagai Pama Polres Wonogiri pada 1978.
Pada 1988, Susno Duadji dipindahkan ke Banyumas untuk menjabat sebagai Kabag Serse Polwil Banyumas.
Karier Susno Duadji mulai meroket ketika ia diangkat sebagai Wakapolres Yogyakarta.
Setelah itu, Susno Duadji secara berturut-turut diangkat sebagai Kapolres Maluku Utara, Kapolres Madiun, dan Kapolres Malang.
Susno Duadji kemudian mulai ditarik ke Jakarta ketika ditugaskan menjadi kepala pelaksana hukum di Mabes Polri.
Mewakili institusinya, Susno Duadji kemudian ikut membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2003.
Setahun kemudian, Susno Duadji ditugaskan di Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Di PPATK, Susno Duadji menjabat sekitar tiga tahun.
Setelah itu, ia kemudian dilantik menjadi Kapolda Jawa Barat pada Januari 2008.
Namun belum genap setahun, Susno Duadji dipindahkan menjadi Kabareskrim Polri pada Oktober 2008 menggantikan Bambang Hendarso Danuri.
Susno Duadji kemudian mengundurkan diri dari jabatannya pada 5 November 2009, namun pada 9 November ia kembali aktif sebagai Kabareskrim Polri.
Belum genap sebulan, Susno Duadji secara resmi diberhentikan oleh Kapolri.
Jabatan terakhir Susno Duadji kepolisian adalah sebagai Penasihat Koorsahli Kapolri sejak Maret 2011 sampai Agustus 2012.
Kegiatan Susno di Kampung Halaman
Kegiatan masa pensiun mantan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol (Purn) Susno Duadji benar-benar menggeluti dunia pertanian.
Profesi baru ini dijalani Susno di kota kelahirannya, Pagaralam Sumatera Selatan.
Susno kembali memposting sejumlah foto di akun media sosial miliknya.
Mantan Kabagreskrim Mabes Polri Komjen Pol (Purn) Susno Duadji saat ini mulai menggeluti dunia pertanian.
Seorang jenderal bintang tiga yang merupakan warga Pagaralam asli ini mulai menekuni profesi barunya sebagai petani di Kota Pagaralam Provinsi Sumatera Selatan.
Hal ini nampak dari sejumlah postingannya di akun media sosial pribadi miliknya.
Sang jenderal tampak sedang melakukan aktivitas pertanian dengan berbagai jenis tanaman yang ditanamnya di lahan miliknya di kawasan Kecamatan Dempo Selatan yang memang merupakan tempat kelahirannya.
Tidak hanya menjadi petani saja, Susno Duadji juga mengajak semua masyarakat untuk tetap terus mengembangkan sektor pertanian.
Bahkan dirinya memberikan sejumlah motivasi kepada petani untuk semangat bertani.jenis tanaman yang beliau tanam mulai dari durian, vanili, kopi, kayu Gaharu sampai ke ubi kayu atau singkong.
Saat ini Sang jenderal Dengan Segala Kesederhanaannya Menjadi Idola Baru Masyarakat Indonesia yang Mana Mayoritas Adalah Petani. sosok Susno pun saat ini Melekat dihati Masyarakat Indonesia.
Semoga Ulasan dan Perjalanan Panjang banting setirnya Susno Duadji dari seorang pensiunan jenderal Bintang Tiga yang Kini menjadi Seorang petani bisa Menginspirasi kita Sekalian.
Sekian Wassalam dan Semoga Bermanfaat.
Penulis By; Eko Febrianto Ketua Umum Lsm Siti Jenar Yang Juga Pimpinan Perusahaan Media Online dan cetak Sitijenarnews.com dan Headline.news.info
(Red/Tim-Biro Pusat Sitijenarnews.com dan Headline.news.info)