Sitijenarnews.com Situbondo Jatim Kamis 30 Juni 2022; Mariyuana atau daun ganja adalah daun dari tanaman bernama Cannabis sativa. Tanaman ini memiliki 100 bahan kimia berbeda yang disebut dengan cannabinoid. Masing-masing bahannya memiliki efek berbeda pada tubuh.dan Berikut dibawah ini adalah Perbedaan Ganja Medis dengan Daun Ganja yang wajib masyarakat pahami agar tidak tersesat dalam menafsirkan Daun Dengan Sebutan Cimeng dan Mariyuana Ini. Paparan dibawah ini Dirangkum dari berbagai Sumber yang Kevaliditannya sudah bisa dipercaya dan dipertanggung jawabkan.
Di Indonesia, penggunaan ganja di beberapa daerah sempat digunakan sebagai pengobatan tradisional.
Penggunaan ganja medis di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, umumnya untuk mengontrol rasa sakit. Sementara, ganja tidak cukup ampuh untuk rasa sakit yang parah (misalnya, nyeri pasca operasi atau patah tulang).
Menurut Peter Grinspoon, seorang dokter, pendidik, dan spesialis ganja di Rumah Sakit Umum Massachusetts, menuliskan dalam Harvard Health Publishing bahwa ganja lebih aman daripada opium.
Ganja dinilai tidak menyebabkan overdosis, tidak membuat ketagihan/adiksi.
Belakangan muncul wacana legalisasi ganja medis untuk kepentingan pengobatan. Wacana ini muncul setelah seorang ibu bernama Santi Warastuti, menyuarakan aspirasinya di acara Car Free Day DKI Jakarta yang meminta pertolongan ketersedian ganja medis bagi anaknya, Pika, pengidap cerebral palsy.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr Inggrid Tania menegaskan bahwa ganja medis sangat berbeda dengan tanaman ganja biasa. Ganja medis merupakan produk derivatif dari tanaman ganja yang digunakan khusus untuk kepentingan pengobatan dan tidak ditujukan untuk penggunaan rekreasi.
“Ganja medis itu jadi produk derivatif dari tanaman ganja. Jadi bukan ganja utuh atau bagian-bagian daunnya secara utuh, atau bijinya, atau daunnya saja, bukan ya beda,” jelasnya.
Menurut dr Inggrid, ganja medis bukan tanaman ganja biasa atau daun ganja pada umumnya. Ganja medis telah mengalami proses ekstraksi dan isolasi sehingga bisa digunakan untuk kepentingan medis.
“Jadi memang ganja medis itu sudah berupa ekstrak daripada tanaman ganja, atau juga berupa isolasi, isolate dari senyawa aktif yang terkandung dari tanaman ganja. Misal sudah diisolasi senyawa CBD (kanabinol) dalam bentuk minyak, menghasilkan CBD oil. Itu contoh ganja medis,” sambungnya.
dr Inggrid mengingatkan, penggunaan ganja untuk tujuan rekreasi dengan dibakar atau dihisap seperti rokok justru menimbulkan risiko negatif bagi kesehatan.
“Jadi bukan berupa daun, atau dilinting seperti rokok, jadi umumnya tidak berbentuk seperti itu. Justru yang dibakar kayak rokok itu menghasilkan zat karsinogen yang memicu kanker seperti merokok,” jelasnya.
Ia menekankan pemerintah juga mengkaji risiko penyalahgunaan ganja dalam kajian legalisasi ganja medis. Menurutnya, penggunaan ganja untuk rekreasi berpeluang terjadi jika wacana legalisasi ganja medis tidak dikaji serius.
Berikut adalah7 Manfaat Ganja Medis untuk Kesehatan;
Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, daun ganja ternyata memiliki sejumlah manfaat lainnya bagi kesehatan yang mungkin jarang diketahui banyak orang.
1. Mencegah glaukoma
Tanaman yang satu ini berpotensi untuk mengatasi dan mencegah mata dari glaukoma. Glaukoma adalah penyakit yang meningkatkan tekanan dalam bola mata, merusak saraf optik, dan menyebabkan seseorang kehilangan penglihatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan National Eye Institute, ganja mungkin dapat menurunkan intraocular pressure (IOP), alias tekanan bola mata, pada orang dengan tekanan normal dan orang-orang dengan glaukoma.
2. Meningkatkan kapasitas paru
disebutkan bahwa daun ganja disebut berpotensi menambah kapasitas paru-paru untuk menampung udara ketika bernapas.
Hal ini terkait dengan cara penggunaan mariyuana yang biasanya diisap dalam-dalam. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan hal ini mungkin menjadi semacam latihan untuk paru-paru.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti mengambil sampel dari 5.115 orang dewasa muda selama lebih dari 20 tahun. Perokok tembakau kehilangan fungsi paru-parunya sepanjang waktu, tetapi pengguna ganja malah memperlihatkan peningkatan kapasitas paru-parunya.
3. Mencegah kejang karena epilepsi
Sebuah studi dalam jurnal Cureus (2018) memperlihatkan bahwa ganja berpotensi untuk mengatasi epilepsi dan membantu meredakan gejala pasien epilepsi dengan resistansi obat.
Kandungan cannabinoid dalam daun ganja diyakini membantu meringankan Kejang pada pasien epilepsi.
Senyawa ini memiliki peran dalam mengurangi pelepasan neurotransmiter (sinyal rangsangan saraf) di sistem saraf pusat (SSP), sehingga mencegah kejang.
4. Terapi paliatif pasien kanker
Kandungan dalam daun ganja menurut American Cancer Society mungkin bisa menjadi terapi paliatif atau meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Ganja berpotensi untuk meredakan rasa sakit kronis yang diderita pasien.
Selain itu, daun ganja diklaim bisa membantu melawan mual dan muntah sebagai efek samping Kemoterapi.
Meski banyak penelitian menunjukkan keamanannya, tanaman ini tidak efektif dalam mengendalikan atau menyembuhkan kanker.
5. Mengurangi nyeri kronis
tanaman ini bisa dianggap bisa meringankan rasa sakit akibat, nyeri saraf, nyeri dan sindrom wasting yang terkait dengan HIV, sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrom), dan penyakit Crohn.
Penggunaan ganja medis diketahui juga cukup berpotensi mengatasi penyakit yang menimbulkan kondisi dengan nyeri kronis seperti berikut.rasa sensitif disertai nyeri seluruh tubuh.
- Endometriosis atau jaringan lapisan rahim menumpuk di luar rahim.
- Sistitis interstisial atau sindrom nyeri kandung kemih.
6. Mengatasi masalah kejiwaan
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Clinical Psychology Review (2017) menunjukkan potensi manfaat ganja untuk membantu mengatasi masalah kesehatan jiwa tertentu.
Para peneliti menemukan bukti bahwa tanaman ini mungkin membantu menghilangkan Gejala Depresi dan gejala gangguan stres pasca trauma.
Akan tetapi, mariyuana bukan obat yang tepat untuk masalah kesehatan jiwa, seperti ganguan Bipolar dan psikosis. Pasalnya tanaman yang satu ini justru bisa memperparah gejala orang dengan gangguan bipolar.
7. Memperlambat perkembangan alzheimer
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Molecular Pharmaceutics menunjukkan bahwa kandungan THC dalam daun ganja mungkin dapat memperlambat pembentukan plak amiloid.
Plak-plak yang terbentuk akibat alzheimer ini bisa membunuh sel-sel otak. THC membantu menghalangi enzim pembuat plak ini di otak agar tidak jadi terbentuk.
Namun, penelitian juga ini masih berada di tahap awal sehingga butuh lebih banyak studi penguat.
Perlu untuk diingat bahwa ganja merupakan barang ilegal yang masuk dalam kategori obat-obatan terlarang. Di dalam undang-undang, ganja masuk ke dalam narkotika golongan I bersamaan dengan sabu-sabu, kokain, opium, dan heroin.
Jangankan mengonsumsinya, menanam ganja bukan dengan tujuan untuk kepentingan ilmu pengetahuan bahkan bisa dikenakan jeratan pidana loh.
Semoga paparan singkat diatas itu bisa Bermanfaat ya Guys.
Penulis by; Eko Febrianto Ketua Umum LSM Siti Jenar yang Juga Pimpinan Perusahaan dan Redaksi Media Online dan Cetak Sitijenarnews.com dan Headline.news.info
(Red/Tim-Biro Pusat Sitijenarnews.com dan Headline.news.info)