Berikut ini adalah Wajah dan Profil Lengkap Sosok petinggi Polri yang bertemu ayah Brigadir j di rumah duka dan Yang Melarang Keluarga kala itu untuk Membuka Peti Jenazah

Sitijenarnews.com Jakarta Selasa 19 Juli 2022; Karo Paminal Divpropam Polri Brigjen Hendra Kurniawan disebut sebagai petinggi Polri yang bertemu Samuel Hutabarat, ayah Brigadir Yosua atau Nofriansyah Yosua Hubatabat di rumah duka. Ternyata ini sosok petinggi Polri yang ungkap hal sensitif soal pakaian istri Irjen Ferdy Sambo saat berada di dalam kamar.

Dok Fhoto, Brigjen. Pol. Hendra Kurniawan, S.I.K.
Sekedar info;Sosok Brigjen Pol Hendra Kurniawan yang diminta dicopot oleh keluarga Brigadir J merupakan polisi berpangkat jenderal pertama di Indonesia keturunan Tionghoa.

Tak Ayal Foto wajah Brigjen Hendra Kurniawan pun banyak dicari di Mesin Pencarian Goggle dan Media Sosial. Sebab, pihak keluarga Brigadir Yosua meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo agar ikut mencopot Brigjen Hendra Kurniawan dari jabatan Karo Paminal Divpropam Polri.

Menurut Keterangan Kuasa Hukum Keluarga Brigarir J. Saat bertemu Samuel Hutabarat di rumah duka yang berada di Desa Suka Makmur, Sungai Bahar, Muarojambi, Brigjen Hendra Kurniawan melarang keluarga untuk membuka peti jenazah Brigadir Yosua. Petinggi Polri ini juga mengungkap hal sensitif soal pakaian istri Irjen Ferdy Sambo kepada ayah Brigadir Yosua, Samuel Hutabarat.

Sementara saat dikonfirmasi tim awak media Sitijenarnews.com Johnson Panjaitan mengatakan pihak keluarga meminta Brigjen Hendra Kurniawan dicopot jabatannya seperti Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo. Hendra dinilai tidak sopan saat melakukan pengawalan jenazah Brigadir Yosua ke rumah keluarga di Jambi. Dia menyebut Hendra melarang tidak memperbolehkan keluarga untuk merekam hingga memegang handphone.

Adapun hal ini membuat adanya desakan dari keluarga Brigadir J agar mencopot Brigjen Hendra Kurniawan sebagai Karo Paminal Divisi Propam Polri seperti yang dialami Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo

“Karo Paminal itu harus diganti karena dia bagian dari masalah dan bagian dari seluruh persoalan yang muncul karena dia yang melakukan pengiriman mayat dan melakukan tekanan kepada keluarga untuk membuka peti mayat,” kata Johnson, Selasa (19/7/2022)

“Kalau Karo Paminal itu terlalu keras. Kemudian dia dianggap tidak berperilaku sopan kepada kami datang ke kami sebagai Karo Paminal di Jambi dan terkesan intimidasi keluarga almarhum dan memojokkan keluarga sampai memerintah untuk tidak boleh memfoto, tidak boleh merekam, tidak boleh pegang HP, masuk ke rumah tanpa izin langsung menutup pintu,” katanya.

“Dan itu tidak mencerminkan perilaku Polri sebagai pelindung dan pengayom masyarakat apalagi beliau karopaminal harusnya membina mental Polri, tetapi ini justru mengintimidasi orang yang sedang berduka,” tambahnya.

Johnson Pandjaitan juga mengatakan Hendra memberikan tekanan kepada keluarga untuk tidak membuka peti jenazah Brigadir Yoshua. Menurutnya, hal tersebut melanggar keadilan serta hukum adat.

“Karo Paminal itu harus diganti, karena dia bagian dari masalah dan bagian dari seluruh persoalan yang muncul karena dia yang melakukan pengiriman mayat dan melakukan tekanan kepada keluarga untuk (melarang) membuka peti mayat,” ujar Johnson.

Baca juga:  Dalam rangka percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Mabes Polri membentuk Satgas PEN di tingkat Mabes Polri sampai dengan Polda jajaran. Siang ini Satgas PEN tersebut Lakukan Supervisi ke Polda DIY

Ia juga mengatakan bahwa tindaka Brigjen Hendra dinilai melanggar prinsip keadilan untuk keluarga Brigadir J dan melanggar hukum adat. “Jadi selain melanggar asas keadilan juga melanggar prinsip-prinsip hukum adat yang sangat diyakini oleh keluarga korban. Menurut saya itu harus dilakukan. Tapi yang jauh lebih penting adalah, kapolres itu yang melakukan memimpin proses penyidikan,” tambahnya.

Bukan cuma itu, pengacara keluarga Brigadir Yosua juga menilai bahwa perilaku Brigjen Hendra tidak sopan kepada keluarga mendiang dengan melakukan intimidasi dan memojokan.

“Terkesan intimidasi keluarga almarhum dan memojokkan keluarga sampai memerintah untuk tidak boleh memfoto, tidak boleh merekam, tidak boleh pegang HP, masuk ke rumah tanpa izin langsung menutup pintu dan itu tidak mencerminkan perilaku Polri sebagai pelindung, pengayom masyarakat,” jelasnya.

Selaku kuasa hukum, Johnson menyayangkan tindakan Brigjen Hendra kepada keluarga Brigadir J. “Apalagi beliau Karo Paminal harusnya membina mental Polri, tetapi ini justru mengintimidasi orang yang sedang berduka,” tutupnya.

Pada Senin (11/7/2022) Samuel Hutabarat, ayah Brigadir Yosua, sempat bercerita kepada wartawan mengenai kedatangan Karo Paminal Divpropam Polri Brigjen Hendra Kurniawan ke rumahnya. Ternyata ini sosok petinggi Polri yang ungkap hal sensitif soal pakaian istri Irjen Ferdy Sambo.

Ketika itu, Samuel bercerita, seorang petinggi Mabes Polri berpangkat Jendral Bintang satu beserta sejumlah pasukan yang mendatangi rumahnya. Sang jenderal mendatangi Samuel Hutabarat untuk meluruskan informasi terkait kematian Brigadir Yosua.

“Ini baru pulang tadi dari sini, Brigjen apa tadi lupa saya namanya. Datang dari Mabes untuk memberikan keterangan soal kematian anak kita ini (Brigadir Yosua),” kata Samuel Hutabarat pada Senin (11/7/2022) lalu.

Samuel lalu melanjutkan cerita, petinggi Mabes Polri itu menekankan jika kasus ini merupakan berita aib. Namun, Samuel sekali pun masih dalam suasana duka yang mendalam dengan tegas menyatakan, mau itu aib atau bukan peristiwa kematian anaknya di rumah dinas Kadiv Propam Mabes Polri harus diungkap.

 

Tapi ini pak Hutabarat, berita aib,” kata Samuel Hutabarat menirukan pernyataan jenderal Polri yang mendatangi rumahnya itu. “Saya simak cerita dia itu dengan seksama dengan teliti,” ucap Samuel Hutabarat.

Berdasarkan keterangan Samuel, jenderal bintang satu ini menceritakan bahwa setiap pulang dari luar kota, istri Kadiv Propam Mabes Polri selalu mampir di rumah dinas untuk keperluan test PCR. Apabila sudah steril dari tanda-tanda atau terjangkit virus Covid-19 istri Irjen Fersy Sambo baru pulang ke rumah pribadi.

Baca juga:  Banjir Rob Terjang Sepanjang Pesisir Kapongan Situbondo, 8 Rumah warga rusak parah 67 Lain nya Terendam

“Sebelum hasil Swab keluar. Ibu Putri ini biasalah baru pulang dari luar kota, rebah badan di kamar dengan maaf ngomongnya agak sensitiflah. Istilahnya bagi kita laki-laki seksilah. Itulah cerita dia (sang Brigjen Pol). Kemudian masuklah katanya anak kita ini ke kamar (Brigadir Yosua),” cerita Samuel Hutabarat.

Dalam cerita sang jenderal, tidak jelas apakah kamar ketika itu dalam keadaan terkunci atau tidak. Namun tak lama setelah Brigadir Yosua masuk ke kamar. Anak kita ini, sebut Hutabarat, menodongkan senjata. Istri Kadiv Propam Polri sontak menjerit, dan Brigadir Yosua langsung bergegas keluar kamar.

“Sudah menjerit si Ibu Putri ini anak kita keluar dari kamar itu. Sudah keluar dari kamar ada Brimob balok merah nanya ada apa. Jadi datang katanya anak kita ini langsung menembak membabi buta, saya tanya yang menembak pertama itu siapa?” papar Samuel.

Keterangan pihak kepolisian menyatakan jika yang pertama melakukan aksi penembakan adalah Brigadir Yosua. Keterangan yang sama juga dikatakan oleh Brigjen yang bertamu ke rumah duka keluarga Samuel Hutabarat. Kata sang jenderal, Bharada E langsung mengelak dari tembakan Josua serta membalas dengan tembakan.

Tembakan yang dilepaskan Bharada E tidak meleset, Brigadir Yosua sempoyongan setelah terkena tembakan pertama dari rekan polisinya. Dengan senjata api di tangannya, Josua terus menembak sebanyak 7 kali tak tentu arah.

“Ada bukti kok di situ dinding,” ucap Hutabarat menirukan cerita jenderal polisi yang datang ke rumahnya. Hutabarat lantas bertanya, “Jadi jarak mereka itu saling tembak berapa meter? Dibilangnya penyidik yang tahu, penyidik Polres Jakarta Selatan, jarak 5 sampai 7 meter. Jadi yang menembak pertama siapa pak kubilang. Jadi kayak saya yang menyidik dia. Tetap kata Brigjen itu yang menembak pertama si Josua?”

Rupanya, cerita jenderal bintang satu Polri belum masuk ke dalam logika Samuel Hutabarat. “Jadi menembak pertama si Josua, masak tidak kena itu si Bharada. Sedangkan si Bhrada ini sudah belakangan menembak. Malah anak saya yang tertembak. Hebat ya sudah lebih-lebih dari sniper dia,” kata Samuel Hutabarat bernada kesal.

“Saya tanya. Sekarang gini Pak Jenderal setau saya, savety seorang Jendral itu sangat ketat. Sedangkan pengawal aja enggak cukup 2 orang di rumah, yang membuktikan itu semua betul atau tidak kronologis kalian itu. CCTV yang bisa buktikan,” kata Hutabarat.

Namun, sang Jenderal nampaknya langsung berkelit dengan menyatakan bahwa di lokasi rumah dinas Kadiv Propam tidak ada CCTV. “Dari Kadiv Propam katanya enggak ada CCTV. Boleh direkam suara saya, seharusnya apalagi ruang kamar utama Jenderal harusnya ada CCTV dekat kamar itu,” katanya.

Baca juga:  Terus Mencekam. Naker Indonesia Vs China di GNI Morowali Sampai Saat ini Tewaskan beberapa Orang

Kata Samuel, “cuma kejanggalan itulah, masa di rumah Jendral safety tidak lengkap, tapi apapun kita cerita pak yang jujur-jujur ajalah, yang transparan. Saya bukan menuntut apa-apa cuman mau keadilan dan ketransparanan.”

Saat ditanyai apakah kepolisian ada melakukan autopsi terhadap jasad Brigadir Yosua lagi-lagi Hutabarat menerima jawaban kosong tanpa menerima bukti. “Ada katanya di Jakarta. Cuma surat autopsi ga ada dibawa. Enggak ada apa-apa dibawa. Hanya omongan menerangkan kangkung genjer,” ujar Samuel.

Setelah mendengar keterangan dari Brigjen Mabes Polri tersebut, Hutabarat pun menyimpulkan dua hal. “Pertama kalau anak saya menembak jarak 5 – 7 meter, masa enggak kena itu si Bhratu itu. Keduanya apabila salah seseorang anggota polisi, apakah harus dibantai seperti itu? Sedangkan teroris di Papua pun enggak boleh seperti itu. Taruhlah anak saya salah, kan bukan harus dibantai gitu, kan ada jalur hukumnya. Ya lumpuhkan, tangkap, adili,” katanya.

“Kematiannya itu tidak wajar, yang menembak pertama anak saya tapi tidak ada yang kena. Sedangkan anak kuta ini sudah terlatih dari Brimob tembak-menembak.” kata dia menambahkan.

Jenderal dari Mabes Polri tersebut pun juga mengatakan jika pihak keluarga kurang puas maka bisa membuat laporan. “Cuma dibilangnya kalau kurang puas silakan datang ke Jakarta untuk menuntut, sementara saya bukan mau menuntut apa apa. Ngapain lagi tuntut-menuntut udah orang mati pun. Cuma transparan rasa keadilan itu yang kami butuhkan,” katanya.

 

Berikut Dibawah ini adalah Profil Singkat Brigjen Hendra Kurniawan;

Brigjen Pol Hendra Kurniawan lahir pada 16 Maret 1974.

Dirinya merupakan lulusan Akademi Polisi (Akpol) pada tahun 1995.

Kemudian jabatannya sebagai Karopaminal Divisi Propam Polri diembannya sejak 16 November 2020.

Pada saat itu dirinya menggantikan Brigjen Pol Nanang Avianto yang dipromosikan sebagai Kakorsabhara Baharkam Polri.

Untuk selengkapnya berikut riwayat jabatan yang pernah diembannya.

– Kaden A Ro Paminal Divisi Propam Polri

– Analis Kebijakan Madya Bidang Paminal Divisi Porpam Polri

-Kabagbinpam Ro Paminal Divisi Propam Polri

– Karopaminal Divisi Propam Polri

Berikut ini Wajah dan Profil Lengkap Sosok petinggi Polri yang bertemu ayah Brigadir j di rumah duka dan Yang Melarang Keluarga kala itu untuk Membuka Peti Jenazah

Sekedar diketahui,Sosok Brigjen Pol Hendra Kurniawan yang diminta dicopot oleh keluarga Brigadir J ini merupakan polisi berpangkat jenderal pertama di Indonesia keturunan Tionghoa.

Brigjen Hendra Kurniawan merupakan Karopaminal Divpropam Polri anak buah dari Irjen Ferdy Sambo.

 

(Red/Tim-Biro Pusat Sitijenarnews)

error: