Apa dan mengapa Sang Panglima perang Legendaris Perancis Napoleon Bonaparte Lebih Takut kepada Wartawan daripada semua lawan perangnya.? Simak Berikut dibawah ini ulasan lengkapnya

Sitijenarnews.com Situbondo Jatim Minggu 17 juli 2022; ADA ungkapan hiperbolik dari seorang panglima perang Perancis, Napoleon Bonaparte. Kenapa?

Dok Fhoto, panglima perang Legendaris Perancis, Napoleon Bonaparte

Karena ungkapannya bisa dikatakan sangat berlebihan. Apalagi dia sosok panglima perang hebat yang telah memimpin berbagai peperangan di Eropa. Bahan, Napoleon memiliki pengaruh yang besar terhadap persoalan-persoalan Eropa selama lebih dari satu dasawarsa ketika memimpin Prancis melawan koalisi dalam Perang-Perang Napoleonis.

 

Secara historis, Napoleon memenangkan kebanyakan dari perang-perang ini dan hampir semua pertempuran-pertempurannya, dengan cepat memperoleh kendali Eropa.

 

Dalam persoalan-persoalan sipil, Napoleon mempunyai sebuah pengaruh yang besar dan lama dengan membawa pembaruan liberal ke negara-negara yang ia taklukkan, terutama ke Negara-Negara Rendah, Swiss, Italia, dan sebagian besar Jerman.

 

Tapi kenapa Napoleon takut dengan pena wartawan. Katanya;” Saya lebih takut menghadapi satu pena wartawan daripada seribu bayonet musuh.”

 

Bagi kita, ungkapan itu hiperbolik. Tapi, tidak bagi seorang Napoleon Bonaparte. Dia telah membunuh banyak tentara musuh. Lawannya telah dia ditaklukkan. Ternyata, tentara musuh itu biasa saja. Mereka mati dengan timah panas peluru.

 

Ternyata bagi Napoleon yang lebih membahayakan adalah wartawan. Peluru-peluru yang ditembakkan wartawan adalah huruf-huruf yang membentuk kalimat. Bedanya, jika peluru timah panas mengenai badan tapi peluru huruf itu mengenai otak dan menyusuk hati.

 

Dari otak itu mengubah kognisi. Dari kognisi mengubah afeksi dan psikomotorik. Lambat laun, wartawan pun bisa mmenggerakkan banyak orang: se-kampung, se-kota, se-propinsi, se-bangsa, dan bahkan se-dunia.

 

Masih ingatkah anda dengan kejadian Revolusi Mesir. ?

 

Revolusi negeri Piramida yang terkenal dengan ummud dunya itu terjadi gara-gara hal sepele yaitu tulisan tangan para jurnalis di Media online kala itu yang menuntut perubahan. Walhasil, dari situ terjadi revolusi dan menumbangkan rezim otoriter dan diktator sebelumnya: Husni Mubarak.

Baca juga:  Berikut dibawah ini adalah Ciri ciri Orang Bertakwa Menurut Al-Quran: Ingat Bukan Sekedar Rajin Ibadah Saja loh ya.

 

Satu kalimat yang ditembakkan wartawan akan mengenai ribuan bahkan jutaan orang. Dahsyat! Kita tentu masih ingat kasus yang menimpa Presiden Amerika, Bill Clinton. Reputasinya hancur pasca kasus selingkuh dengan Monica Lewinsky terbongkar oleh wartawan.

 

Itu kenapa pers sangat penting. Dia berperan sebagai alat kontrol sebuah negara. Bahkan media digadang-gadang menjadi pilar demoksrasi setelah eksekutif, yudikatif, dan legislatif.

 

Negara tanpa media akan menjadi negara yang tirani dan tak tersentuh. Tanpa alat kontrol. Negara aakan cenderung berbuat zalim dan lalim. Itu kenapa pemerintah yang akan berlaku sewenang-wenang akan memberedel dan membunuh media. Seperti zaman orde baru di Indonesia.

 

Zaman reformasi sekarang, orang bebas berbicara. Asal sesuai aturan dan kode etik. Siapapun juga bisa menjadi wartawan. Bahkan sekarang banyak media yang menyediakan rubrik citizen jurnalism. Siapapun bisa menulis di rubrik ini. Tanpa terkeculi.

 

Undang-undang juga telah menjamin itu. Disebutkan dalam UU No 40 tahun 1999 wartawan adalah orang bukan karyawan. Undang-undang ini revisi dari UU No 21 tahun 1982 yang mengatakan wartawan adalah karyawan perusahaan pers ( dikutip dari Dasar-Dasar Jurnalistik, Ainur Rohim Faqih, SH. M.Jum).

 

Jadi kini, siapapun bisa jadi wartawan. Melakukan proses jurnalistik dan mengirimkannya ke media atau blog pribadi dan media sosial.

 

Wartawan sendiri dianggap profesi cukup bergengsi. Dia dianggap penting bahkan oleh pihak kepolisian sendiri.

 

Jadi kini, kita tentu berharap kepada wartawan untuk selalu bepegang teguh dengan kode etik jusnalistik yang ada.

 

Sekedar Diketahui dan Untuk Tambahan Informasi dan Edukasi, Sejarah jurnalistik sendiri merujuk kepada Acta Diurna pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM). Acta Diurna, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”. Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada Annals, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.

Baca juga:  Irjen Sambo Minta Pengusaha Lapor ke Propam jika Menemukan Anggota Polri Nakal Utamanya Yang Terkait DANA PEN, Dan Berikut dibawah ini Tata Caranya

Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada Acta Diurna. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Berita di Acta Diurna kemudian disebarluaskan.

Saat itulah muncul para Diurnarii, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan Acta Diurna itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan. Dari kata Acta Diurna inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata Diurnal dalam Bahasa Latin berarti harian atau setiap hari. Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi Du Jour dan bahasa Inggris Journal yang berarti hari, catatan harian atau laporan.

 

Nah kalau Di cina, tepatnya pada tahun 911 M, muncul surat kabar cetak pertama dengan nama Tching-pao yang diartikan “Kabar dari Istana” dan pada tahun 1351M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar Tching-pao untuk dapat dibaca oleh rakyatnya secara teratur dengan waktu terbit seminggu sekali.

Kemajuan jurnalistik berkembang dengan pesat pada tahun 1450 dengan adanya penemuan mesin cetak oleh Johan Guttenberg. Peristiawa besar yang diumumkan lewat surat kabar tersebut adalah penemuan Benua Amerika oleh Christoper Colombus. Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “Newspaper”.

Pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Kantor berita pelopor yang masih beroperasi hingga kini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis).

Baca juga:  Petani di Jember Diprediksi Bakal Gagal Panen pada musim panen di Pertengahan Tahun Ini

 

Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst. Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggung jawaban sosial.

Karena diakui atau tidak Dunia Jurnalistik dan dunia Politik bagaikan dua sisi mata uang yang saling mengaitkan. Mereka bisa menyatu dan bisa menjadi sebuah kekuatan untuk mengubah sebuah peradaban.

 

Sekian dan Semoga Paparan singkat diatas ini menjadi tambahan wawasan dan edukasi untuk semua pembaca dimana pun mereka berada. Wassalam.

 

Penulis By; Eko Febrianto Ketua Umum LSM SITI JENAR yang Juga Pimpinan Perusahaan dan Redaksi Media Online dan Cetak Sitijenarnews.com dan Headline.news.info

 

(Red/Tim-Biro Pusat Sitijenarnews.com dan Headline.news.info)

error: