Sitijenarnews.com Pamekasan madura Senin 18 Juli 2022; Jenazah Prada Marinir Shandi tiba di rumah duka, Minggu malam Senin (17/7/2022) pukul 20.21 WIB. Jenazah dibawa dengan Kereta Merta Marinir ke Dusun Billaan, Desa Montok, Kecamatan Larangan.kabupaten Pamekasan. Madura
Jenazah disambut isak tangis keluarga, tetangga dan kerabat. Kesedihan pecah tanpa bisa dihalau. Beberapa anggota marinir yang mengantar ke lokasi terdiam sejenak setelah meletakkan peti Shandi di ruang tamu depan.
Setelah kesedihan sedikit terurai, pihak keluarga meminta agar peti prada mar Shandi dibuka. Pihak marinir yang mengantar ke lokasi menyepakati. Hanya keluarga dan beberapa anggota yang menyaksikan pembukaan peti tersebut.
Pihak keluarga ingin memastikan kondisi Shandi dan melihat luka-luka sebagaimana yang tersebar di media sosial. Setelah dibuka dan keluarga menyaksikan, jenazah kembali dikafani lalu digelar upacara penyerahan jenazah ke pihak marinir untuk dimakamkan sesuai prosedur angkatan.
Setelahnya, jenazah disalatkan di masjid terdekat dan dikebumikan di samping utara rumahnya. Selesai pemakaman, keluarga Shandi menyampaikan sudah melihat kondisi jenazah. Namun, pihak keluarga akan menunggu hasil autopsi.
“Kami keluarga belum melihat hasil autopsinya,” terang kakak kandung Shandi, Linda Fuji Lestari kepada awak media. Hasil autopsi tersebut menjadi salah satu data yang akan membuat terang penyebab kematian pria kelahiran 7 Januari 2001 itu.
Berdasarkan informasi yang beredar di media sosial, kematian Shandi diduga dianiaya. Beberapa pesan berantai WhatsApp menyebutkan sudah ada enam anggota yang diduga menjadi pelaku dan tengah diselidiki oleh Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) Lantamal XIV Sorong, Papua.
Sementara itu, para komandan yang mengantar dan mengikuti upacara pemakaman Shandi tidak satu pun siap diwawancarai awak media. Media diarahkan untuk wawancara langsung ke Kadis Pengamanan dan Persandian TNI Angkatan Laut.
Sementara Ayahanda Korban,hanya bisa menangis histeris. Saat anaknya, Prada Mar Shandi Darmawan, tiba-tiba dikabarkan meninggal dunia melalui saluran telepon dari Kota Sorong, Papua, Sabtu (16/7/2022) sekitar pukul 18.00 WIB kemarin.
Pada Minggu (17/7/2022) petang, di depan teras rumahnya, Moked (Ayah Korban)hanya bisa termenung di depan para tetangga dan keluarga yang melayat. Dia masih menunggu jenazah anak bungsunya yang belum tiba hingga pukul 18.47 WIB.
Pesuruh SDN Montok 1 itu tidak banyak berbicara di depan para tamu. Matanya menatap kosong. Sesekali air matanya jatuh dan berbicara sepatah dua patah kata yang tidak berarah.
Senada dengan Kakak kandung Shandi, Linda Fuji Lestari, (32) mengatakan, kabar duka adiknya datang sangat mendadak. Pihak keluarga mengaku tidak menerima informasi apa pun terkait kondisi Shandi sebelumnya.
“Dari Batalyon sana gak ngasih tahu, saya gak tahu adik saya sakit atau masuk rumah sakit, gak ada kabar dari sana, tiba-tiba tadi malam saya dikabarkan adik saya meninggal,” terangnya, Minggu (17/7/2022) malam kepada sejumlah awak media.
Linda mengatakan, nomor Shandi terakhir aktif sepuluh hari lalu atau pada 7 Juli 2022 lalu. Dia tidak tahu mengapa nomor adiknya itu nonaktif. “Biasanya menghubungi tiga hari sekali, chat whatsApp,” ungkapnya.
Karena tidak aktif, dia mencoba menghubungi salah seorang senior adiknya di Sorong. Lalu pada hari Raya Idul Adha, Linda bisa berkomunikasi dengan Shandi menggunakan telepon manual milik senior Shandi di Batalyonnya.
Saat nelepon, Shandi berbahasa Indonesia, dan ada suara di dalam telepon, menyuruh Shandi mengatakan bahwa handphonenya rusak karena jatuh, dan saat itu saya tidak berpikir apa-apa,” katanya.
Lalu kemudian, keluarga menerima telepon berupa kabar duka Sabtu (16/7/2022) petang. Beberapa jam setelah itu, keluarga menerima foto-foto Shandi. Di mana, ada luka lebam di punggung dan dada Shandi.
Foto-foto itu, kata Linda, mungkin saja sudah tersebar di media sosial sebelum pihak keluarga mengetahuinya. “Karena berita adik saya meninggal itu lebih awal orang lain yang tahu daripada keluarga sendiri,” ungkapnya.
Dia mengatakan, jika benar ada luka di tubuh adiknya seperti foto yang tersebar, maka pihak keluarga berhak merasa curiga.
“Menurut saya, luka itu kurang wajar, karena beritanya, adik saya meninggal karena malaria, dan saya menyadari ini sekarang, bahwa ada yang janggal dengan kematian adik saya,” imbuhnya.
Dia mengatakan, pihak keluarga ingin memastikan kondisi jenazah begitu tiba di rumah duka di Dusun Billaan, Desa Montok, Kecamatan Larangan.
“Kalau memang murni karena malaria, kami terima, dan kalau ternyata ada bekas lebam dan luka, kami berhak mempertanyakan dan kami akan melihat jenazahnya dan membuka petinya,” paparnya.
Sekedar diketahui, alm Shandi sendiri merupakan seorang marinir. Dengan NRP. 130055. Dia lahir pada 7 Januari 2001 di Pamekasan. Dia ditugaskan di Kota Sorong, Papua sejak Maret 2021 setelah lulus pendidikan di Surabaya.
(Red/Tim-Biro Sitijenarnews Pamekasan Madura Jatim)