Sitijenarnews.com Probolinggo jatim 4 Juli 2022; Warga Dusun Krajan I, Desa Ngadas, Kecamatan Sukapura, Mulyono (54) mengaku perasaannya campur aduk usai seekor sapinya dibeli Presiden Jokowi.
Sapi jenis simmental usia 2,5 tahun tersebut nantinya menjadi hewan kurban Presiden Jokowi pada Idul Adha tahun ini.
“Ada perasaan bangga, senang hingga haru sapi yang saya beri nama “Slamet” ini dibeli oleh presiden,” kata Mulyono, pada Senin (4/7/2022).
Mulyono menjelaskan, sebelum akhirnya dibeli presiden, mulanya “Slamet” kerap menjuarai kontes sapi yang digelar di sejumlah daerah.
Terakhir, pada kontes sapi bertajuk Bupati Cup, di Jember, “Slamet” keluar sebagai sang juara.
Dari situlah, sapi tersebut mendapat rekomendasi sebagai hewan kurban presiden. Kemudian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur turun untuk melakukan serangkaian pengecekan kepada “Slamet”.
Pemeriksaan itu antara lain meliputi bobot, tinggi-panjang, dan kesehatan.
Dari hasil pemeriksaan diketahui, “Slamet” memiliki bobot 1,1 ton.
Selain itu, sapi berwana cokelat bercorak putih pada wajahnya ini dinyatakan sehat, bebas dari antraks maupun penyakit mulut dan kuku (PMK).
“Tuntas dicek, staff khusus presiden ke datang ke rumah, Selasa (28/6/2022). “Slamet” kemudian dibeli seharga Rp 100 juta. Pada H-1 Idul Adha ke depan, sapi saya akan diserahkan ke Masjid Al-Akbar Surabaya untuk dikurbankan,” terangnya.
Dia menceritakan, sapi simmental miliknya itu dibeli beberapa tahun belakangan di Pasar Hewan Wonoasih, Kota Probolinggo dengan harga Rp 15,6 juta. Kala itu, sapi tersebut baru berusia enam bulan.
Setelah dibeli, Mulyono mempercayakan si “Slamet” kepada dua orang koleganya, Wahyu Kurniawan dan Agus Supriyanto warga Desa Sukapura, Kecamatan Sukapura.
Wahyu dan Agus sangat tekun merawat Slamet. Makanan berkualitas secara konsisten diberikan kepada Slamet.
Makanan yang diberikan, yakni rumput dan konsentrat. Tidak ada yang beda dengan makanan yang diberikan oleh peternak lain kepada sapinya.
“Sapi saya tidak pernah sakit. Hal itu tak lepas dari perawatan yang dilakukan oleh Wahyu dan Agus,” urainya.
Sementara, perawat “Slamet”, Wahyu Kurniawan menyebut hanya ada sedikit kendala yang dihadapi saat proses perawatan.
Kendalanya bukan soal makanan. Karena sehat, nafsu makan “Slamet” terbilang tinggi dan tidak pernah rewel.
“Kendalanya adalah air. Di wilayah Sukapura atau Pegunungan Bromo ini sulit air. Untuk memberi minum harus bawa air dari rumah. dan untuk memandikan sapi, saya menggunakan air hujan yang ditampung,” pungkasnya.
(Red/Tim-Biro Sitijenarnews Probolinggo jatim)