Mahfud MD: Memang Benar ada satu kerajaan di tubuh Polri yang dipimpin mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo Sewaktu dia Memimpin Satgassus Merah Putih

Sitijenarnews.com Jakarta Kamis 18 Agustus 2022; Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD mengungkapkan satu hal yang cukup mengejutkan publik. Katanya, ada satu kerajaan di tubuh Polri yang dipimpin mantan Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo.

Dok Fhoto, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD

“Tidak dipungkiri, ini ada kelompok Sambo sendiri nih yang seperti menjadi kerajaan Polri sendiri di dalamnya, seperti sub Mabes yang sangat berkuasa,” ujar Mahfud di Podcast Akbar Faizal Uncensored, Kamis, 18 Agustus 2022.

Kerajaan inilah, kata Mahfud yang membuat penyelesaian kasus-kasus, salah satunya pembunuhan berencana terhadap mantan ajudan Irjen Sambo, Brigadir Nofryansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Menurut Mahfud, puluhan oknum kepolisian Polri yang terkait dalam kasus Brigadir J ini merupakan anggota dari kerajaan Sambo. Mereka, turut melakukan upaya untuk menghalangi penyelidikan kasus tersebut.

“Mereka sangat berkuasa dan ini yang menghalang-halangi. Sebenarnya, kelompok ini yang jumlahnya 31 orang (oknum anggota Polri yang melanggar etik) itu yang sekarang sudah ditahan dan saya sudah menyampaikan ke Polri untuk harus diselesaikan,” jelasnya.

Untuk diketahui, Polri telah menetapkan Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka dalam kasus penembakan Brigadir J. Sebelumnya, tiga orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini yiatu Bharada E, Brigadir J dan sopir istri Irjen Ferdy Sambo berinisial KM.

 

Aksi penembakan terjadi di rumah dinas mantan Kepala Divisi Propam Polri Irjen Ferdy Sambo pada Jumat, 8 Juli 2022. Dalam insiden ini, Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat tewas karena luka tembak.

Dari pengakuan Ferdy Sambo ke penyidik, ternyata dia tega membunuh Brigadir J lantaran mendapat laporan dari istrinya yang diduga dilakukan oleh Brigadir J.

“Dalam keterangan tersangka FS bahwa dirinya marah dan emosi setelah mendapat laporan dari istrinya PC yang telah mengalami tindakan yang melukai harkat dan martabat keluarganya yang terjadi di Magelang,” ujar Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Pol Andi Rian Djajadi di Mako Brimob, Kamis malam, 11 Agustus 2022.

Baca juga:  POLRES SITUBONDO BERSAMA KEMENAG BERI PEMBINAAN DA'I KAMTIBMAS TERKAIT PENCEGAHAN RADIKALISME

Jenderal bintang satu ini menjelaskan, setelah mendapat cerita tersebut, Ferdy Sambo bersama dengan Bharada E dan Brigadir RR melakukan perencanaan pembunuhan sejak dari Magelang.

Atas perbuatannya, keempat tersangka disangkakan Pasal 340 subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 juncto Pasal 56 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati.

 

Sekedar diketahui,Kasus pembunuhan berencana pada Brigadir J ini benar-benar menyita perhatian banyak orang terlebih lagi Presiden Joko Widodo.

Presiden Jokowi bahkan disebut sangat marah mengetahui kasus meninggalnya Brigadir J itu berlarut-larut dan tak kunjung diselesaikan. Apalagi saat mendapat kabar kalau terduga dalang penembakan pada Brigadir J adalah Irjen Ferdy Sambo.

Mengenai marahnya Jokowi ini diungkap Menteri Koordinator Politik dan Keamanan atau Menkopolhukam Mahfud MD di channel Youtube Akbar Faisal, Rabu (17/8/2022) Kemarin.

Di channel Akbar Faisal tersebut, Mahfud MD mengungkap kronologi hingga kasus itu diungkap oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Mahfud MD mengaku sebelumnya berbicara dengan Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Mahfud ingin tahu bagaimana arahan Presiden Jokowi dalam kasus ini.

Ketika itu, Pramono Anung kepada Mahfud mengatakan Presiden Jokowi tegas meminta kasus itu dibuka seterang-terangnya.

“Pak Presiden marah betul, marah betul dan kenapa lama (penyelesaiannya),” ucap Mahfud menirukan apa yang telah disampaikan Pramono Anung kepadanya.

Kemudian hari, Mahfud bertemu dengan Presiden Jokowi.

Kepala negara berpesan kasus pembunuhan Brigadir J harus segera diselesaikan agar tidak menimbulkan isu yang macam-macam.

“Supaya ini cepat diselesaikan jangan ada yang ditutup-tutupi, itu (kata) Presiden,” ujar Mahfud.

Tapi Mahfud justru mendengar beberapa hari sebelum Irjen Ferdy Sambo ditetapkan sebagai tersangka ada tarik menarik di internal Polri.

“Ketika akan pecah telurnya itu kan sebenarnya sudah ada keyakinan tiga atau dua hari sebelumnya ya, tapi kok lambat terus ini,” kata Mahfud.

“Yang saya dengar di Polri memang terjadi tarik menarik, bahkan grupnya Sambo itu konon dari daerah-daerah meski pun ndak ada tugas di Jakarta datang ngawal ke situ, upaya menghilangkan jejak itu dan menghalang-halangi penyidikan,” kata Mahfud.

Baca juga:  Tanggap Bencana, Polres Trenggalek Dirikan Dapur Umum untuk Warga Terdampak Banjir

Presiden Jokowi, sambung Mahfud, kemudian memanggil Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ke Istana.

“Diberitahu supaya diselesaikan,” ucap Mahfud.

Setelah pertemuan Presiden Jokowi dengan Kapolri, kemudian Mahfud gantian menghadap bersama Pramono Anung.

“Jadi ada petunjuk, semula bicara soal hak asasi manusia, terus, ada petunjuk Pak? Iya (Presiden Jokowi kepada Mahfud -red), itu soal Kapolri kenapa lama-lama,” kata Mahfud.

“Sampaikan kepada Kapolri bahwa saya percaya kepada Kapolri bisa menyelesaikan ini masalah sederhana kok, kaya gitu, tapi jangan lama-lama, segera diumumkan,” kata Mahfud.

Kemudian, amanat Presiden Jokowi itu diceritakan Mahfud MD kepada Ketua Harian Kompolnas Benny Jozua Mamoto.

Kepada Benny, Mahfud meminta amanat Presiden Jokowi tersebut dikomunikasikan ke Kapolri.

“Terus tengah malam, Kapolri WA saya, Pak Menko alhamdulillah ini sudah terang benderang semua dan sudah ketemu, itu hari Senin malam kan Selasa malam diumumkan,” kata Mahfud.

“Karena saya sorenya (Senin sore) kirim pesan, Presiden ini saya loh, saya bilang.”

Dalam pesan WA Kapolri kepadanya, Mahfud mengatakan Jenderal Sigit menuturkan kepadanya jika persoalan pembunuhan Brigadir J sudah terang benderang.

“Pak Menko sudah beres semua, sudah terang benderang, sudah sesuai petunjuk Presiden, besok kami jumpa pers, kami yang umumkan,” kata Mahfud menceritakan isi pesan Kapolri.

“Makanya paginya saya cuit agar tidak mundur lagi, saya cuit, ‘alhamdulillah selesai nanti Kapolri mengumumkan, kan kalau sudah terkomunikasi ke publik dan saya katakan itu dari Kapolri kan yang mau mengganggu tidak berani lagi,” kata Mahfud.

 

Mahfud MD Cerita Drama Sambo;

Mahfud MD, mengatakan ada adegan Irjen Ferdy Sambo menangis-nangis di ruang kerja sebelum kasus kematian Brigadir J dirilis.

“Memang dibohongi. Ada skenario drama melankolis,” kata Mahfud MD, pada program Indonesia Lawyers Club, Senin (15/8/2022).

Baca juga:  Pekerjaan Peningkatan Pekerjaan Hotmik, Diduga Tidak Sesuai Spek

Semula, Mabes Polri merilis Brigadir J meninggal di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo akibat baku tembak, Senin (11/7/2022).

Skenario Irjen Ferdy Sambo itu sempat membuat Kompolnas sempat percaya, paling tidak Benny Mamoto, Ketua Harian Kompolnas.

Menurut Mahfud MD, Irjen Ferdy Sambo memanggil sejumlah orang sebelum kasus kematian Brigadir J diumumkan.

“Pada Senin sebelum peristiwa diumumkan, Pak Sambo memanggil beberapa orang, termasuk dari Kompolnas, satu orang dipanggil,” kata Mahfud MD.

Pada saat wakil Kompolnas datang, Irjen Ferdy Sambo hanya menangis sambil teriak-teriak.

“‘Saya ini dizolimi, istri saya dilecehkan’. Dia terus nangis gitu, tidak menjelaskan hal lain,” kata Mahfud MD, yang telah mengorek keterangan dari wakil Kompolnas yang hadir saat itu.

Tak hanya dari Kompolnas yang dipanggil Irjen Ferdy Sambo untuk bisa melihat tangisannya.

“Setidaknya ada lima orang. Diciptakan prakondisi, agar orang percaya dengan kondisi itu (baku tembak dan pelecehan),” kata Mahfud MD.

Mahfud MD juga telah meminta keterangan dari lima orang yang kala itu dipanggil Ferdy Sambo.

“Saya sudah cek pada semua orang yang dipanggil. Kalimatnya sama, cuma nangis mondar-mandir di meja,” katanya.

Selain itu, ada kalimat juga yang dilontarkan Ferdy Sambo agar orang percaya kepadanya.

“‘Kalau saya ada di situ saya tembak sendiri sampai mati lebih parah’,” kata Mahfud MD menirukan teriakan Irjen Ferdy Sambo yang dia dapat dari orang-orang yang datang menemui Sambo.

Sejak itu, ujarnya, akhirnya semakin kuat kesimpulannya bahwa yang terjadi bukan baku tembak di antara ajudan.

“Kompolnas akhirnya saya minta menarik diri dari (skenario) tembak menembak. Tidak ada tembak menembak, yang ada adalah penembakan,” katanya.

Belakangan yang terjadi di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo bukan baku tembak seperti cerita awal dari polisi.

Peristiwa sebenarnya adalah pembunuhan berencana, otak pelaku utama adalah Irjen Ferdy Sambo.

 

(Red/Tim-Biro Pusat Sitijenarnews)

error: