Berikut dibawah ini adalah Sosok Pemabuk yang Dicintai Rasulullah,dan Begini Penjelasan Gus Baha

Sitijenarnews. SUKABUMI Sabtu 5 Februari 2022- Dalam Salah Satu kajian KH Bahauddin Nursalim atau yang sering di sapa Gus Baha menceritakan tentang sosok Pemabuk yang Dicintai Rasulullah.

Sosok Pemabuk yang Dicintai Rasulullah, Begini Penjelasan Gus Baha

Dalam Islam minuman keras diharamkan. Tetapi siapa sangka, Rasulullah SAW pernah mencintai sahabatnya yang merupakan seorang pemabuk seperti yang diceritakan Gus Baha dalam kajiannya.

 

Nama sahabat itu adalah Nu’aiman. Kisah Nu’aim ini menurut pendakwah Gus Baha jarang diceritakan para kiai.

 

Menurut pengasuh pondok pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA itu kisah tentang Nu’aiman ini dikonfirmasi dalam kitab Ihya Ulumuddin dan dibenarkan banyak perawi hadis.

 

Menurut Gus Baha, Nu’aiman merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW paling lucu. “Sahabat paling lucu dan paling membuat Nabi SAW senang itu bernama Nu’aiman,” ucap Gus Baha

 

Nu’aiman adalah seorang pengangguran. Kerjaannya tiap pagi jalan. Namun Nu’aiman punya kebiasaan buruk. Yaitu mabuk. “Kesukaannya itu mabuk. Mabuk beneran. Tapi bukan pengedar ganja,” lanjut Gus Baha.

Tiap Nu’aiman mabuk selalu dihukum Nabi Muhammad SAW. Pernah suatu saat Nu’aiman meminta seorang pedagang makanan mengantar makanan ke Nabi SAW yang sedang ada di pasar.

Pedagang itu pun mengantar makanannya ke Nabi Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad SAW adalah orang baik hati, ia mengajak serta Nu’aiman makan bersamanya.

Selesai makan, Nu’aiman meminta Rasulullah SAW membayar makanannya. Sementara Rasulullah SAW mengira makanan itu traktiran Nu’aiman.

“Bukanlah. Anda (Nabi SAW) harus bayar. Masa rakyat jelata traktir seorang tokoh,” jawab Nu’aiman sebagaimana diceritakan Gus Baha. Akhirnya Nabi Muhammad membayar makanan itu. Ucap Gus Baha, peristiwa ini terjadi berkali-kali.

KH. Bahauddin Nursalim atau yang sering di sapa Gus Baha ini menjelaskan, hadis tentang Nu’aiman ini merupakan berita gembira.

Baca juga:  Hari Jadi Polwan ke 75, Polres Bondowoso Gelar Syukuran Sederhana

“Makanya orang alim sering berkawan dengan orang fasik,” tegasnya.

Perilaku mabuk Nu’aiman ini bukan tidak diketahui Nabi Muhammad SAW. Menurut Gus Baha, Nabi Muhammad SAW menghukum Nu’aiman dengan 40-60 kali cambukan karena perbuatan mabuknya.

Dalam kajiannya Gus Baha menjelaskan, ada yang harus diingat dan dijelaskan dalam hadis Bukhari.

Yaitu ketika Nu’aiman dihujat para sahabat. “Kau ini sahabatnya Nabi SAW, tapi tak tahu malu mabuk di hadapan beliau,” kata para sahabat ke Nu’aiman.

Sahabat lalu melaknat dan memaki-maki Nu’aiman karena perbuatannya sering mabuk ketika bertemu Rasulullah SAW. Akan tetapi, kata Gus Baha, Nabi Muhammad SAW malah membela Nu’aiman.

“Kalian jangan senang menghujat Nu’aiman karena dia cinta Allah dan Rasul-Nya,” sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diceritakan Gus Baha dalam videonya.

Dalam Syarah Bukhari di Kitab Fath Al-Bari karangan Ibnu Hajar Al Asqalani, ujar Gus Baha, tertulis “Tidak termasuk syarat cinta Allah dan Rasul, harus terbebas dari semua dosa”.

“Buktinya Nu’aiman yang mabuk di depan Nabi SAW dan Nabi SAW mengetahui kesalahan itu, namun Nabi SAW menyebut Nu’aiman sebagai orang yang mencintai Allah dan Rasul,” ucap Gus Baha.

Gus Baha pun mengingatkan orang-orang yang berlebihan dalam beragama bahwa banyak orang-orang nakal yang mencintai Allah dan Rasul.

Gus Baha mencontohkan tukang zina jika disuruh memilih mencium tangan germo atau mencium tangan kiai maka akan memilih mencium tangan kiai. Ini karena mereka masih memiliki nurani untuk menilai mana yang benar dan salah.

“Logikanya kan pezina akan lebih memilih mencium tangan germo karena mencarikannya uang, sementara kiai kan jadi penghalang (moral). Tapi manusia itu kalah dengan nuraninya. Pezina tidak mungkin mencium tangan germonya tapi bakal mencium tangan kiai. Padahal kiai itu problem moral baginya,” jelas Gus Baha.

Baca juga:  Berikut dibawah ini Nasihat Imam Al Ghazali agar Manusia Qanaah dan Tidak Tamak dan tidak memakan yang Bukan Bagian Dari Haknya

Maka itu Gus Baha meyakinkan bahwa nurani manusia tidak bisa dimatikan. Menurutnya, fatwa ini memang tidak lazim di dunia orang-orang soleh yang tidak mengaji. Tapi di lingkaran ulama mengaji, lanjut Gus Baha, fatwa seperti ini lazim.

Menurut Gus Baha, dunia orang soleh yang tidak mengaji itu bikin repot karena orang harus steril dari dosa untuk mencintai Allah. Kata Gus Baha di kalangan orang-orang seperti itu banyak beredar kalimat “Cinta kok melanggar syariatnya? Cinta macam apa”.

Menurut Gus Baha mencintai itu tanpa syarat. “Allah lebih layak dicintai. Dan yang mencintai Allah boleh siapa saja. Ini yang paling sulit di dunia ulama,” ujar Gus Baha.

“Imam Ibnu Hajar bilang bersih dari dosa bukanlah syarat mencintai Allah karena buktinya Nu’aiman mabuk dan Rasulullah SAW tahu itu. Jika Rasulullah SAW tidak tahu, orang bisa mentakwil hukum ketidaktahuan Nabi SAW tentang kemaksiatan itu. Sehingga Nu’aiman disebut sebagai orang yang mencintai Allah dan Rasul,” terang Gus Baha.

“Dan Rasul SAW tahu betul perilaku Nu’aiman itu. Lha wong sering ditipu bahkan berkali-kali. Nabi SAW kerap ditipu (Nu’aiman) tapi Nabi SAW hanya senyum,” lanjut Gus Baha.

Nabi SAW pun sampai bersabda “Aku itu belum pernah dibuat gembira orang seperti Nu’aiman membuatku gembira”. Menurut Gus Baha, orang mabuk seperti Nu’aiman itu omongannya tidak sopan jadi kalau guyon dengan Nabi SAW vulgar.

 

(Red/Tim)

error: