Sitijenarnews. Jakarta Minggu 26 Juni 2022 ; Potensi politik identitas dan polarisasi ekstrem pada tahun 2024 diprediksi akan menguat tajam.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari. Ia mewanti-wanti sejak dini.
Ia memberikan solusi untuk meredam politik identitas dan polarisasi ekstrem dengan menduetkan pasangan Jokowi dan Prabowo dalam Pilpres 2024.
Ini artinnya, gagasan Qodari adalah Jokowi tiga periode dengan wakilnya Prabowo Subianto.
Qodari mengatakan, Indonesia harus siap-siap dengan melakukan pencegahan terkait potensi tersebut,
“Saya sampaikan warning nih ya dengan konstelasi yang ada sekarang ini maka kita harus siap-siap dengan kemungkinan polarisasi ekstrem lagi 2024 yang akan datang.
Dengan berat hati harus disampaikan ya mumpung belum terjadi,” kata Qodari dalam keterangan yang diterima, Minggu 26 Juni 2022.
Qodari mengatakan, masih ada waktu untuk mencegahnya sebelum konflik horizontal pecah di tengah masyarakat akibat politik identitas dan polarisasi.
Qodari menjelaskan, pertarungan pada pilpres di putaran II pasti akan dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang akan bekerjasama dengan kelompok-kelompok identitas.
“Siapapun yang bertarung di putaran kedua pilpres pasti dimanfaatkan oleh dan akan bekerja sama dengan kelompok-kelompok identitas,” ujarnya.
Qodari mengatakan, kelompok itu akan melabeli atau memberikan stempel kepada calon presiden tertentu dan ini akan menciptakan pembelahan dan polarisasi yang semakin ekstrem.
Ini berkaca pada tren yang berlangsung dari Pilpres 2014 dan 2019.
Qodari mengungakpkan rasa tak percayanya dengan elite politik yang mengatakan sudah tidak lagi menggunakan politik identitas dalam pertarungan politik,.
Kata dia, kenyataannya di lapangan malah sebaliknya.
“Saya tak percaya dengan elite politik yang mengatakan kami sudah kapok dengan polarisasi, kami sudah menolak politik identitas.
Ssekarang ngomong begitu saat bertarung sebaliknya. Jadi Menurut saya kita sudah tahu apa yang terjadi di 2024 dan kita harus berbuat sesuatu untuk mencegah itu terjadi karena inilah hidup kita,” ucapnya.
Untuk mencegah hal itu terjadi, Qodari menawarkan gagasan agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kembali menjadi Presiden selama tiga periode berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Pasangan Jokowi-Prabowo diyakini akan meredam politik identitas dan polarisasi ekstrem dan hanya akan melawan kotak kosong.
“Solusinya adalah Jokowi-Prabowo berpasangan di 2024 dan akan melawan kotak kosong. Kotak kosong tidak dapat diberi label calon (dari agama tertentu),” kata Qodari.
(Red/Tim-Biro Pusat Sitijenarnews)