Sitijenarnews.com Situbondo Jawa Timur Minggu 20 Oktober 2024: Sempat menjadi salah satu andalan wisata di Situbondo dan pernah dicatat sebagai juara 1 Tingkat Nasional yang diberikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia, Ekowisata Kampung Blekok yang terletak di dusun pesisir , Desa Kalatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo Jawa Timur kini malah Sangat Tidak Terawat dan Nyaris terbengkalai dan bahkan kondisinya Saat ini cukup mengenaskan.
Kini, begitu memasuki kawasan ekowisata Kampung Blekok jejak-jejak pengembangan sebagai kawasan wisata masih nampak jelas sisa – sisa kejayaan seperti jembatan kayu, gazebo, tempat UMKM, menara, cafe ditengah mangrove hingga ornamen pendukung estetika masih tersebar diareal seluas 6,3 hektar, dengan perkiraan jumlah tegakan mangrove sebanyak 12.600 pohon dengan tebal mangrove kurang dari 1 km.
Padahal Pemerintah Kabupaten Situbondo konon melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2018 sudah Mengalokasikan Dana Rp2,2 miliar untuk pembangunan prasarana dan sarana objek wisata “Kampung Blekok” tersebut, Namun sangat disayangkan tempat wisata yang pernah mendapat gelar juara 1 secara nasional harus berakhir mengenaskan seperti ini,” ujar Eko Febriyanto ketua LSM Siti Jenar.
Eko Febriyanto sendiri tak habis fikir, bagaimana mungkin ekowisata yang dulunya sangat ramai dikunjungi pelancong kini malah terbengkalai, ironinya semua pemangku kebijakan seolah lepas tangan dengan ekowisata yang sudah menghabiskan uang Pemkab Situbondo milyaran rupiah ini.
Kampung blekok merupakan kawasan wisata berbasis konservasi mangrove dan burung air. Terletak di kawasan pesisir dengan jumlah KK sebanyak 260. Kawasan ini didominasi oleh hutan mangrove sebesar 60%. Yang mana Daya tarik utama dari kawasan wisata ini adalah para wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan tanaman mangrove dan burung air. Interaksi dengan tanaman mangrove dapat dilakukan mulai dari pembibitan, penanaman hingga perawatan, lalu untuk interaksi dengan burung wisatawan dapat melakukan pengamatan, dan pemotretan.
Kampung Blekok juga merupakan pusat kerajinan yang mana 80 persen masyarakatnya adalah perajin. Hasil kerajinan dari Blekok berupa kayu dan kerang dikirim hampir ke seluruh Indonesia, terutama Bali dan Lombo. Dikarenakan Kampung Blekok sendiri adalah kawasan konservasi yang juga ada permukiman penduduk. 80 persennya adalah perajin. Akan tetapi sayangnya saat ini hal itu telah menjadi kenangan saja. imbuh Aktivis Anti Korupsi Asal Kota Besuki ini.
Padahal wisata Kampung Blekok ini pernah meraih juara 1 penghargaan Desa Wisata Rintisan 2021 lalu. Yang mana Prestasi membanggakan tersebut dianugerahkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia.
Dulunya Pengunjung kampung blekok banyak datang saat sore hari untuk melihat burung air yang pulang ke sangkar di hutan mangrove dan ini situasinya. Tapi saat ini menjadi lokasi wisata mati sayang sekali bukan.? Ujar Eko Dengan Nada Sangat Kecewa.
Dalam paparan kali ini Saya lebih fokus kepada Mengapa Dana Milyaran Rupiah jadi tumpukan sampah Seperti saat ini.
Saya kira Beginilah akibat Pembangunan Politik yang tak bisa dibuat berkesinambungan. Dan Akibat Pergantian Pemimpin selalu ada saja yang jadi korban. Banyaknya pihak yang Terlalu sombong & angkuh untuk mau dan bisa melanjutkan perjuangan pemimpin lama.padahal ini beban dan tanggung jawab bersama mengingat yang dipakai ini adalah uang APBD kita (Situbondo)
Apalagi reward atau Penghargaan luar biasa yang didapat dari Kementrian Kemarin juga diterima oleh Pemimpin Saat ini.Nah lantas mengapa Obyek tersebut skrng menjadi hancur lebur seperti ini.
Belum saya nanti membahas Tentang CSR dari beberapa perusahaan besar yang masuk ke obyek wisata tersebut.
Pokoknya kalau ingat Masa kejayaan Kampung blekok saya merasa miris lah gitu.
Kita dulu ikut susah payah mempromosikan tiap ajang Kunjungan wisata 2019 ke Situbondo eee malahan skrng di telantarkan begitu saja apa saya gak ikut miris coba? Ujar Eko. Aktivis yang juga Pimpinan PT SITI JENAR GROUP MULTIMEDIA ini.
- Nah Pertanyaan sederhana nya adalah Buat apa dibangun kalau tidak dirawat dan di pelihara, kita sebagai bagian dari masyarakat Situbondo sangat menyesalkan jika anggaran miliaran rupiah yang di gelontorkan dari APBD kita untuk membangun itu, jika sekarang sudah rusak semua, bahkan sangat ironis kondisinya kini seperti hutan tak berpenghuni”,ujarnya ketika dikonfirmasi dikantornya Minggu (20-10-2024) tadi.
Lagian uang rakyat yang seharusnya bisa di pergunakan dengan baik, bukan seperti ini yang hanya menghambur hamburkan uang saja, tapi saat ini sudah tidak bisa bermanfaat”,ungkap Eko dengan rasa penuh kecewa.
“Pastinya kita sangat menyayangkan karena bagaimana pun uang APBD yang dulunya masuk untuk pembangunan tempat wisata ini jadi tidak bermanfaat,” ujar Eko
Terkait hal ini Eko meminta pihak Pemkab Situbondo melalui instansi terkait untuk kembali membenahi taman wisata kampung Blekok ini agar kembali bisa dimanfaatkan untuk wisata keluarga Seperti dulu lagi. Dan nanti nya Eko juga meminta pada penegak hukum Untuk ikut turun tangan mengawasi proyek Renovasi tersebut supaya anggaran nanti nya yang akan di gelontorkan tak sia-sia lagi ya contohnya seperti saat ini. Pungkasnya
Diketahui dan Dikutip dari Tayangan Debat Kandidat Calon Bupati Beberapa hari lalu pihak Pemkab dalam hal ini Bupati Situbondo memang berpendapat beberapa titik wisata di Situbondo termasuk kampung blekok ini telah diserahkan ke BUMDES masing masing sebelum dia menjabat, Akan tetapi hal itu langsung mendapatkan Respon dan disanggah oleh Mantan Wakil Bupati Situbondo Sebelumnya yaitu Yoyok Mulyadi dalam statemen nya di beberapa media. Bahwa Pernyataan dan penyerahan tertulis itu tidak ada sewaktu dia dan Alm pak dadang Menjabat.
“Yang disampaikan oleh Karna Suswandi sebagai petahana tentang pengelolaan Kampung Kerapu dan Kampung Blekok tidak sesuai dengan fakta yang ada. Tidak pernah ada penyerahan tertulis kepada BumDes di masa pemerintahan kami,” ujar Yoyok Mulyadi dengan tegas.
Sekedar diketahui, Pria yang akrab disapa H. Yoyok mantan Wakil Bupati Situbondo, H. Yoyok Mulyadi, kala itu menjabat bersama almarhum Dadang Wigiarto Sebagai Bupati Situbondo pada periode 2016-2021. Sekali lagi dia kembali menegaskan bahwasanya tidak ada penyerahan secara tertulis mengenai pengelolaan Kampung Kerapu dan Kampung Blekok kepada BumDes selama masa kepemimpinan mereka. Saat dikonfirmasi oleh tim awak media pun dia kembali dengan tegas menyatakan,Yang disampaikan oleh Karna Suswandi sebagai petahana tentang pengelolaan Kampung Kerapu dan Kampung Blekok tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Kini masyarakat Situbondo menunggu apa tindak lanjut dari keluhan Masyarakat Situbondo Terkait Terbelengkalai nya beberapa titik wisata yang tersebar di kabupaten Situbondo yang mana pembangunan puluhan titik wisata itu konon memakai dana APBD tahun 2018 yang tidak sedikit dan bernilai cukup bernilai Fantastis.
(Red/Tim-Biro Sitijenarnews Group Situbondo Jawa Timur)